Sukses

"Megapolitan" di Ambang Stagnan

Sejak kemunculannya sebagai kota, Jakarta sudah menjadi magnet bagi bangsa-bangsa lain. Laju pertumbuhan besar yang sangat dashyat membuat Jakarta dihinggapi masalah demi masalah, seperti kemacetan.


Liputan6.com, Jakarta:
Jakarta berubah. Sudah pasti. Perubahan demi perubahan sebuah kota memang merupakan keharusan. Terlebih lagi bagi ibu kota negara yang berkeinginan menggapai citra megapolitan. Yakni, fenomena beberapa kota yang tumbuh menjadi sebuah megakota. Kota yang sangat besar dan modern.

Dilihat dari sisi sejarah, Jakarta terbilang fenomenal. Dari segi usia, Jakarta lebih tua dibandingkan kota-kota lain di Asia Tenggara. Termasuk juga, bila dibandingkan dengan Kota Sydney, Australia. Saat ini, Jakarta telah menginjak usia 480 tahun.

Dan sejak kemunculannya sebagai kota, Jakarta sudah menjadi magnet bagi bangsa-bangsa lain. Berbagai bangsa dan etnis telah memiliki kapling-kapling tersendiri untuk lokasi pemukiman mereka. Bangunan-bangunan tua di kawasan Kota, Jakarta Barat, adalah bukti konsep tata ruang Jakarta merupakan adaptasi arsitektur Kota Amsterdam, Belanda, yang usianya jauh lebih tua. Ini terjadi karena banyak lahan-lahan perkebunan di Jakarta yang memang dikuasai oleh orang-orang Belanda.

Namun, Jakarta berbeda dengan Kota Amsterdam menurut populasi penduduknya. Pada 1945, penduduk Jakarta berjumlah sekitar 500 ribu jiwa. Sedangkan penduduk Kota Amsterdam berjumlah sekitar 800 jiwa. Selang 27 tahun kemudian, lonjakan penduduk Jakarta telah mencapai 4,5 juta jiwa. Sementara jumlah penduduk di Amsterdam bertambah beberapa persen saja.

Laju pertumbuhan besar yang teramat dashyat itu pada akhirnya memicu masalah-masalah lain. Seperti peningkatan lokasi pemukiman, hilangnya daerah resapan air, pertumbuhan prasarana umum yang tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakat, serta segudang kegelisahan kota lainnya. Yang paling baru, Jakarta pun dihadapkan soal ancaman stagnasi lalu lintas. Kemacetan total di hampir 170 titik.

Masalah demi masalah boleh saja bermunculan. Kenyataannya, Jakarta tetap merupakan magnet bagi siapa pun. Bila dulu bangsa-bangsa asing berdatangan dan membangun lokasi pemukiman, kini setiap hari kaum urban dari berbagai tempat memadati setiap pelosok Ibu Kota. Ini terjadi lantaran sang Megapolitian masih menawarkan daya tariknya.

Jakarta memang masih merupakan pusat kegiatan serta harapan kehidupan bagi banyak orang. Wajarlah jadinya masalah-masalah yang rutin terjadi tidak pernah terpecahkan, termasuk soal kepadatan lalu lintas dan banjir. Untuk mengetahui gambaran pertumbuhan Jakarta sejak kemunculannya sebagai kota dan hingga sekarang bisa disaksikan dalam tayangan video program Potret, 24 November 2007.(BOG/Tim Potret SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.