Sukses

Misteri Manusia Perahu Suku Bajo

Suku Bajo seanomade dikenal sebagai kelompok yang tinggal di laut dan hanya sesekali merapat ke daratan. Keberadaan mereka sampai kini sulit dilacak.

Liputan6.com, Kolaka: Salah satu misteri Pulau Sulawesi adalah masyarakat adat Bajo yang bermukim di atas perahu, biasa disebut seanomade. Dulu, mereka sepenuhnya hidup di atas perahu dan hanya sesekali singgah di pulau untuk mendapatkan air bersih dan menjual ikan. Sepuluh tahun terakhir, manusia perahu sudah dimukimkan ke daratan. Belakangan, beberapa nelayan di Kolaka dan Bombana melihat kembali kehadiran Suku Bajo seanomade.

Ekspedisi Tim Potret kali ini mencoba menyusuri berbagai perkampungan nelayan di Kabupaten Kolaka Utara, Kolaka, Bombana, dan Muna; melalui jalan darat dan laut. Bahkan, Tim Ekspedisi harus menyusuri pulau-pulau kecil di Sulawesi Tenggara, untuk mendapatkan suku Bajo seanomade. Adakah manusia perahu di abad 21 ini?

Pada episode kedua, Tim Potret meninggalkan Kawasan Maosangka di Pulau Muna menuju Desa Lore, Pulau Kabaena. Sambutan hangat didapat di tempat ini. Terpenting, Tim memperoleh informasi keberadaan Suku Bajo seanomade di Desa Dongkala di sebelah selatan Pulau Kabaena [baca: Kearifan Warga Bajo di Teluk Bone].

Wabonde memang tidak ditemukan di Desa Kaudani. Beruntung, Tim Potret menjumpai nenek Lampala. Meski telah bermukim di daratan, sang nenek adalah bukti keberadaan Suku Bajo seanomade. Dia mengatakan, ke darat karena diiming-imingi bantuan langsung tunai dari pemerintah. Tak puas, tim melanjutkan perjalanan mencari manusia perahu di Pulau Kabaena. Sejumlah warga Desa Kaudani mengaku pernah menjumpai manusia perahu di kawasan itu.

Kepastian adanya seorang manusia perahu di Desa Dongkala, sebelah selatan Pulau Kabaena, membangun keyakinan baru soal adanya Suku Baju seanomade. Mereka mengenalnya dengan nama Langkepe, kakek sebatangkara yang memang hidup di laut.

Di Desa Toli-Toli, Pulau Kabaena, tim lagi-lagi mendengar senandung khas Suku Bajo yang disebut iko-iko. Iko-iko adalah lambang kebesaran Suku Bajo. Sebagai pelaut tangguh, mereka tersebar ke berbagai belahan Nusantara. Di mana ada teluk, di sanalah Suku Bajo bermukim. Pertanyaannya di manakah mereka?

Berbekal informasi dari para nelayan, Langkepe termasuk Suku Bajo dari Kelompok Papongka, nelayan yang berminggu-minggu berada di laut. Selain Kelompok Papongka, masih ada tiga kelompok lainnya masing-masing Kelompok Lilibu, Kelompok Sakai, dan Kelompok Lame. Mereka dibedakan karena kebiasaan mereka melaut.

Kelompok Lilibu adalah Suku Bajo yang bermukim di daratan dan biasanya berada di laut hanya satu atau dua hari. Kelompok Papongka juga bermukim di daratan, namun mereka bisa berada di laut untuk mencari ikan selama sepekan hingga dua pekan. Kelompok Sakai bisa bertahan sebulan hingga dua bulan di laut dengan kawasan kerja ke provinsi lain. Sementara Kelompok Lame yang bisa berbulan-bulan di laut untuk mencari ikan. Di luar empat kelompok itu ada Suku Bajo seanomade yang sulit diketahui keberadaannya.

Cerita Langkepe sebagai manusia perahu bukan isapan jempol. Warga di Desa Dongkala menuturkan, Langkepe hidup sebatangkara. Dan benar, Langkepe mengakui terlahir di atas perahu. Sampai kini pun, hingga mendekati usia 80 tahun, dia masih bermukim di atas perahu. Langkepe makin enggan ke darat setelah istri dan anak-anaknya meninggal. Kalau pun terlihat di daratan berarti perahu Langkepe sedang rusak.

Langkepe adalah pembuktian kalau manusia perahu dari kalangan Suku Bajo benar-benar ada. Di masa lalu, Suku Bajo seanomade memboyong seluruh anggota keluarga mereka untuk hidup dan melaksanakan seluruh kegiatan di atas perahu. Tempat mereka berteduh hanyalah atap rumbia di atas perahu yang disebut soppe. Kini, hanya Langkepe yang masih hidup di atas perahu dan mengarungi pulau-pulau di antara Teluk Bone dan Selat Muna. Niscaya, bila Langkepe tiada, punah pula Suku Bajo seanomade. Sebab yang lainnya dipaksa bermukim di daratan dengan macam-macam alasan.(ICH/Tim Potret)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.