Sukses

Kesederhanaan Bukan Menjadi Penghalang Penyelam Teluk Bone

Warga pesisir Teluk Bone, Sulsel, percaya dengan mematuhi pantangan serta pengetahuan astronomi dan alam seadanya dari leluhur, sudah menjadi bekal yang memadai untuk menyelam dan mengumpulkan teripang.

Liputan6.com, Bone: Perairan Teluk Bone yang berada di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, adalah segala-galanya bagi warga pesisir di wilayah ini. Mereka benar-benar menyerahkan hidupnya kepada alam dan menggantungkan masa depannya kepada kekayaan laut. Bahkan, mereka tak peduli akan perlengkapan yang teramat sederhana dan kemampuan teknis yang seadanya. Mereka percaya dengan mematuhi sejumlah pantangan serta pengetahuan astronomi dan alam yang seadanya dari para leluhur, sudah menjadi bekal yang memadai untuk menyelam dan mengumpulkan teripang.

Kesederhanaan peralatan menyelam memang bukan menjadi halangan bagi warga untuk menyambung sebuah tradisi komunitas pesisir. Keluarga Muhammad Jafar, misalnya. Hampir sepanjang waktu, keluarga asal Kampung Cappa Ujung, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone, menyusuri perairan Teluk Bone untuk menembus ke dasar laut. Mereka menyelam bukan hanya sekadar meneruskan tradisi. Tapi, mereka melakukan pekerjaan ini juga sebagai mata pencaharian hidup [baca: Kesahajaan Penyelam Teluk Bone].

Malam ini, tak banyak teripang atau holothuroidea yang didapat Jafar dan adiknya, Burhan. Mereka percaya, di bulan-bulan tertentu hewan laut ini memang bakal sulit didapat. Bahkan, ketika memasuki Juni hingga November, mereka berhenti mencari teripang dan mengalihkannya pada hewan-hewan laut lain.

Dari teripang yang didapat, Jafar langsung merebusnya di atas sampan. Pengolahan ini juga dilakukan para leluhurnya sebelum teripang yang sudah masak dibawa ke darat dan dikeringkan. Perjalanan untuk mengumpulkan teripang terus berlanjut. Biasanya, Jafar dan adik-adiknya membutuhkan waktu selama sepekan untuk pekerjaan ini. Dengan begitu, selama sepekan ini, mereka harus hidup di atas air dengan perbekalan seadanya.

Setelah semalaman mengumpulkan teripang, kini saatnya Jafar dan Burhan mencari ikan untuk sarapan pagi. Untuk itu, Burhan kembali harus menyelam. Setelah Jafar menderita penyakit, yang diduga karena ketidaktahuannya akan teknis menyelam yang benar, Burhan menjadi andalan untuk menyelam. Belajar dari kesalahan Jafar, Burhan mencoba memanfaatkan perlengkapan selam yang lebih modern. Tapi, jangan tanyakan soal standar dan wawasan teknis. Pasalnya, Burhan tetap menyelam dengan pengetahuan seadanya. Misalnya, tak adanya pendamping selama menyelam. Atau begitu gampangnya, Burhan naik dan turun dari sampan ke dasar laut.

Dengan kesederhanaan dan risiko pekerjaan yang demikian besar, Jafar dan Burhan tak pernah berpikir terlalu jauh soal materi. Dengan teripang yang didapat, biasanya mereka hanya mendapatkan uang sekitar Rp 400 ribu per bulan. Yang diketahui, mereka bersahabat dengan alam serta menyerahkan sepenuhnya hidup dan masa depannya pada perairan Teluk Bone. Mereka percaya lautlah yang menyediakan harapan dan hari-hari seluruh warga di pesisir Teluk Bone.(ORS/Syaiful H. Yusuf dan Budi Sukmadianto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini