Sukses

Kesahajaan Penyelam Teluk Bone

Mereka lahir dan besar di tepi Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Para penyelam tradisional ini seakan menyerahkan hidup dan masa depan pada alam. Dengan penuh kesahajaan, mereka memasuki kehidupan khas kaum pesisir: melaut dan menyelam.

Liputan6.com, Bone: Ombak bergulung kecil dan semilir angin berembus sepoi-sepoi. Hari itu cuaca memang bersahabat di perairan Teluk Bone. Sebuah perahu kecil dengan motor tempel tampak tenang dipermainkan ombak kecil perairan tersebut. Namun perahu itu terlihat kosong. Ternyata tepat di bawah perahu, pemiliknya sedang menyelam di kedalaman teluk yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Dan sungguh luar biasa, lelaki itu menjelajah dasar laut tanpa berbekal peralatan selam seperti tabung oksigen. Ia cuma mengenakan penutup kepala, masker pelindung mata, dan tentunya mengandalkan kekuatan diri menahan napas. Dia pun bertelanjang kaki dan berbekal keranjang berjaring.

Pemuda bertubuh tegap dan berani itu bernama Muhammad Jafar, asal Kampung Cappa Ujung, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Jafar adalah penyelam tradisional yang mengumpulkan biota dan satwa laut seperti tiram atau bernama ilmiah Crassostrea gigas. Di dasar teluk itulah, ia mencabuti tiram dan memasukkannya ke dalam kepis jaring. Setelah dirasa cukup, Jafar pun naik ke permukaan laut menuju perahunya. Begitu sampai di atas perahu, lelaki muda berdada bidang itu menaruh tiram-tiram yang didapat ke dalam sebuah baskom. Pengumpulan tiram hari ini pun beres. Setelah beristirahat dan memandang cakrawala laut, penyelam tradisional itu kemudian melajukan sampan. Kembali ke kampungnya.

Kampung Cappa Ujung hanya berjarak sekitar 200 kilometer dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tempat itu merupakan permukiman suku Bugis dan etnis lain yang dekat dengan kehidupan bahari. Tak mengherankan, bila geliat kehidupan penduduknya begitu terasa ketika perahu-perahu nelayan berdatangan dari tengah laut.

Keluarga Muhammad Jafar adalah bagian dari komunitas pesisir Kampung Cappa Ujung. Seperti juga warga lain di kawasan tersebut, Jafar bersama dua adiknya, Burhan dan Syamsul Bahri, memilih laut sebagai lahan untuk mengais nafkah. Adapun rutinitas keluarga Jafar dimulai sekitar tengah malam, ketika laut terasa tenang. Saat itulah ia dan adik-adiknya memasuki kehidupan Teluk Bone. Tepatnya buat mengumpulkan jenis satwa laut: teripang atau nama latinnya Holothuroidea.

Dan sewaktu fajar hampir menyingsing di ufuk timur, Jafar menghentikan laju sampan di dekat Pulau Kambuno. Setelah rehat sejenak, Jafar kemudian singgah di Pulau Kambuno untuk mendapatkan sejumlah bahan makanan. Pulau itu adalah bagian gugusan Kepulauan Sembilan yang masuk dalam Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Dan tak lama berselang, Jafar melanjutkan pelayaran mencari habitat teripang.

Boleh dikatakan, pencarian habitat teripang di berbagai perairan yang masuk wilayah Sulawesi Selatan tak pernah terusik pergeseran waktu. Para penyelam tradisional itu biasa membelah ombak Teluk Bone. Dan mereka beranjak dari satu kawasan ke kawasan lain hanya untuk menemukan lokasi yang dianggap kumpulan jenis satwa laut itu.

Ketika matahari tepat di atas kepala, sauh perahu yang ditumpangi Jafar beserta dua adiknya dilemparkan di perairan Lawang Bodo. Kakak-beradik itu pun bersiap-siap menyelam. Sebenarnya, pengumpulan teripang bukan hal yang baru bagi penduduk pesisir di Sulawesi Selatan. Syahdan, kegiatan mengumpulkan jenis hewan laut yang merupakan bahan penyedap masakan sup ini sudah dilakoni nelayan-nelayan Makassar pada abad XVII. Ini atas pesanan saudagar-saudagar Cina. Kini, teripang juga masih menjadi komoditas ekspor.

Adapun bagian terunik dari pelestarian budaya bahari di pesisir Sulawesi Selatan terletak pada perlengkapan kerja dan kenekatan para nelayannya. Seorang di antaranya Jafar. Dia kerap menyelam hanya menggunakan masker yang mereka sebut camming. Bahkan, tanpa pin atau sepatu katak pada kaki dan tabung oksigen di punggungnya.

Saat teripang tidak ditemukan, Jafar kerap mengalihkannya pada tiram. Biasanya, rotan laut itu tumbuh di kedalaman sekitar 15 meter. Pada kedalaman itu, paling tidak Jafar mampu menyelam hingga 10 menit. Dulu, ia mampu menyelam sampai 20 menit. Kemampuan Jafar berkurang lantaran gangguan paru-paru akibat menyelam tanpa peralatan memadai.

Puas menyusuri dasar laut di perairan Lawang Bodo, Jafar melanjutkan pelayaran ke kawasan lain. Kali ini ia menuju Pulau Batang Lampe, masih di gugusan Kepulauan Sembilan. Perahu yang ditumpangi Jafar bersama kedua adiknya baru sampai di pulau tersebut saat petang hari. Tak beberapa lama, semburat jingga tampak di ufuk barat menandakan senja beranjak mendekati malam. Jafar kemudian melempar sauh sampannya di pantai Pulau Batang Lampe. Ketiga pemuda Kampung Cappa Ujung itu kemudian melepaskan lelah, setelah hampir 24 jam mengumpulkan teripang di dasar laut.

Mendekati jam sembilan malam, sampan Jafar memasuki perairan Lawa Loang. Bagi mereka, malam bukanlah penghalang untuk melanjutkan kegiatan penyelaman. Buktinya, berbekal lampu penerangan sekadarnya, kedua adik Jafar, Burhan dan Syamsul Bahri alias Tato bersiap menyelam untuk mendapatkan teripang.

Berbeda dengan sang kakak, Burhan dan Tato terbilang telah memasuki babak baru. Mereka menggunakan masker dan sepatu katak, serta mouth fish di bagian mulut yang dihubungkan sebuah selang ke kompresor di perahu. Dengan peralatan itulah, Burhan mampu bernapas dan bergerak lebih lama di dalam air. Kendati perlengkapan selamnya cukup modern, mereka tetap menyelam dengan teknik seadanya. Setidaknya, Burhan dapat turun atau naik dari dasar laut sedalam sekitar 15 meter tanpa khawatir dampak perubahan tekanan air terhadap kesehatannya.

Melaut dan menyelam. Begitulah kehidupan keluarga Jafar yang hampir sepanjang waktu mengarungi perairan Teluk Bone dan memasuki kehidupan dasar laut. Itu semua untuk menyambung sebuah tradisi komunitas pesisir yang penuh kesahajaan dan dekat kepada alam.(ANS/Syaiful H. Yusuf dan Budi Sukmadianto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.