Ramadan di Kampung Jawa Tondano

Liputan6.com, Minahasa: Merasakan atmosfer Ramadan di Kampung Jawa Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (3/11), sama saja dengan suasana bulan puasa di kampung-kampung di Tanah Jawa. Wajar saja, sebab wilayah di Kabupaten Minahasa yang berjarak sekitar 40 kilemer dari Manado, ibu kota Sulut, ini dihuni oleh keturunan Kiai Maja dan 63 pengikutnya [baca: Salawat Jawa di Kampung Jawa Tondano].

Salawat Hadrah termasuk salah satu kesenian yang selalu mengisi acara-acara besar, termasuk Ramadan. Bedanya, kesenian ini sudah dicampur dengan tarian maengket dari Minahasa, zaman dari Aceh, dan zappin Melayu.

Perpaduan budaya ini sangat dipengaruhi oleh budaya ibu mereka yang berasal dari Minahasa. Sedangkan budaya lain milik para pahlawan dari daerah lain yang juga dibuang oleh Belanda di wilayah ini. Bahasa yang dipakai juga tidak seperti orang Jawa pada umumnya. Namun, satu persen penduduk masih menggunakan bahasa ngoko atau bahasa Jawa kasar.

Tradisi Ramadan masyarakat muslim setempat juga hampir sama dengan saudara-saudaranya di Jawa. Namun, tetap dengan sentuhan-sentuhan tradisi lain. Saat berbuka puasa misalnya, sebelum azan, para putri membawa makanan pembuka ke masjid. Masing-masing keluarga membawa satu jenis makanan pembuka. Makanan-makanan pembuka ini selanjutnya dikumpulkan untuk dimakan bersama agar semua masyarakat bisa mencicipi makanan dari masing-masing keluarga. Setelah panggilan salat Isya berkumandang, umat berkumpul untuk salat Isya dan tarawih berjamaah. Di masjid itulah warga berkumpul dalam tradisi warisan leluhur.(TNA/Syaiful Halim dan Budi Sukmadianto)