Sukses

Panggilan Hidup Mufid, Penjamas Museum Pusaka

Mufid adalah satu-satunya pegawai Museum Pusaka yang mampu merawat benda-benda pusaka. Keterampilan itu ditularkan pimpinan museum dan ahli jamasan Keraton Yogyakarta.

Liputan6.com, Jakarta: Sulit mencari perawat benda-benda pusaka di Jakarta. Selain karena profesi ini terbilang langka, penjamas alias perawat benda-benda bertuah juga enggan menunjukkan diri. Mufid, termasuk satu di antara mereka. Pria berkumis itu bertanggung jawab merawat benda pusaka atau dikenal dengan istilah jamasan koleksi Museum Pusaka di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur.

Koleksi keris di Museum Pusaka dipamerkan dalam beberapa ruang. Pada Ruang Pusaka Tradisional Nusantara disajikan koleksi jenis pusaka tradisional dari seluruh Indonesia. Ruangan lainnnya adalah Ruang Bagian Dalam Keris yang terbagi lagi menjadi Ruang Warangka, Ruang Tangguh Keris, Ruang Dapur Keris dan Ruang Pamor Keris.

Memang tak mudak menjadi perawat benda-benda yang diyakini memiliki nilai kepercayaan tertentu. Mufid juga banyak belajar dari pimpinan Museum Pusaka Sri Lestari Mas Agung. Mufid dan pegawai lain terampil menguraikan sisi fisik suatu pusaka serta mampu mengindentifikasikan jenis pusaka. Termasuk menyebut nama khas atau dapur masing-masing benda, pamor atau tampilan ukiran, karakteristik kelogaman, hingga sejarah pembuatannya. Namun, di antara semua keterampilan, jamasan dan menentukan sisi nonfisik benda pusakalah yang terbilang sulit dipelajari.

Mufid yakin semua orang bisa mempelajari keahlian khusus merawat benda-benda pusaka. Lantaran itu dia merasa tak memiliki kemampuan yang istimewa. "Biasa saja. Karena sering [jamasan] jadi orang bilang saya ahli. Padahal, semua orang saya rasa bisa kalau sering ngerjain," ujar dia merendah.

Namun, Sri Lestari, atasan Mufid, berpendapat lain. Menurut dia, ada beberapa pegawai museum yang berniat membantu merawat sekitar 5.000 koleksi yang ada di museum seluas 1.535 meter persegi itu. Tapi, itu tidak mudah. Sebab, tidak semua orang bisa menjadi penjamas. Setelah diberi kesempatan, sejumlah pegawainya mundur perlahan. "Ternyata tidak bisa atau sering ada yang kena pusaka itu sendiri," kata Sri. "Nah, yang bisa ternyata yang nomor satu ya, saudara Mufid itu," dia melanjutkan.

Kepiawaian Mufid itu tak diperoleh dengan enteng. Maklum, pria bertubuh sedang ini sudah menekuni profesi ini selama 23 tahun. "Ya, namanya panggilan, jadi saya kerja dengan senang hati," kata dia ketika ditanya soal resep betah menjadi penjamas. Untuk menambah ilmu, Mufid juga tak jarang belajar langsung ke para penjamas di Keraton Yogyakarta. Dengan kemampuannya sekarang, Mufid juga menerima pekerjaan tambahan merawat benda pusaka koleksi pribadi. Dia sering mendapat pekerjaan ekstra di luar tugas kantor khusus pada acara Muharam atau Suro.

Setiap jamasan, yang dilakukan pertama-tama adalah mengindentifikasi setiap benda dan melepaskan bilah dari rangkanya--khusus untuk keris atau benda yang bergagang. Lalu pusaka itu dijamas di ruangan khusus. Benda itu kemudian direndam dalam larutan campuran air kelapa dan air jeruk. Setelah memutihkan dengan jeruk, benda itu ditiriskan.

Tak sedikit orang yang meyakini kemampuan gaib di balik benda pusaka. Sebagai, penjamas tentu saja Mufid kenyang soal pengalaman yang tak bisa diterima nalar itu. Namun, dia enggan sesumbar soal kisah magisnya. &QuotKalau pengalaman gaib (terdiam sejenak), anggap saja nggak ada," kata dia hati-hati. Sebab, Mufid yakin banyak yang tak akan mempercayai kesaksiannya. "Soalnya kejadian itu sulit dibuktikan," kata dia.

Selain jamasan pusaka, para kolektor pun bisa menanyakan kandungan supranatural benda pusaka miliknya pada pegawai museum. Karyawan museum juga melayani klien yang bertanya soal angsar atau suasana yang ditimbulkan benda pusaka, payuh alias kecocokan isi dengan pemiliknya hingga detail sejarahnya. Tapi, sampai kini, hanya Sri Lestari seorang yang mampu memahami segi nonfisik benda pusaka. Ilmu langka itu belum dibagi pada pegawai lain.

Lepas dari itu, pilihan hidup membawa Mufid dan para pegawai lain bekerja dan mengabdikan diri untuk menjaga dan merawat benda-benda museum. Mereka harus tekun mempelajari setiap rincian sejarah benda pusaka yang ada. Ya, dengan cara itulah, Mufid dan rekan-rekannya menunjukkan penghargaan terhadap sebuah benda besejarah.(TNA/Syaiful Halim dan Satya Pandia)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini