Sukses

Pasca-Tragedi Bali, Nasib Perajin di Ubud Suram

Pascapeledakan bom di Bali, nasib para perajin patung di Ubud, Gianyar, kian suram lantaran tak ada pembeli. Kini omzet penjualan industri ini merosot hingga 90 persen.

Liputan6.com, Gianyar: Nasib para perajin patung di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, pascapeledakan bom 12 Oktober masih tetap suram. Kondisi ini terjadi menyusul anjloknya tingkat kunjungan wisatawan mancanagera ke kawasan ini. Akibatnya, omzet penjualan para perajin ikut menurun hingga 90 persen.

Menurut seorang pemilik sebuah toko seni di Desa Petulu, Ubud, I Made Arka, baru-baru ini, biasanya dari hasil menjual karyanya dengan harga berkisar dari Rp 15 ribu hingga Rp 7,5 juta, ia dapat meraup omzet hingga Rp 40 juta per bulan. Namun, sejak peristiwa peledakan bom yang menewaskan ratusan korban jiwa itu hingga kini omzet yang diraih jauh lebih kecil.

Kondisi ini juga berdampak pada barang-barang dagangan. Di toko miliknya, Arka mengungkapkan ratusan patung berbagai bentuk dan ukuran sebagian besar belum diselesaikan. Hal ini dikarenakan tak adanya pemesanan dari konsumen yang biasanya dari mancanegara. Kondisi tersebut juga berdampak pada jumlah karyawan. Jika sebelumnya, karyawannya berjumlah sepuluh orang yang bekerja secara borongan untuk memenuhi pesanan konsumen, kini hanya tersisa beberapa orang. Itu pun sekadar menuntaskan bahan baku yang masih tersisa.

Pengurangan pegawai akibat merosotnya pesanan konsumen juga dialami sejumlah industri kecil emas dan perak di Desa Banjar Celuk, Gianyar, Bali. Begitu juga dengan omzet penjualan industri ini yang tak lebih dari Rp 8 juta per pekan [baca: Industri Emas di Gianyar Nyaris Mati].(ORS/Syaiful Halim dan Anto Susanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.