Sukses

Kesya’s Collection: Bisnis Toples Cantik Modal Uang Saku

Momen Lebaran mendatangkan peluang bisnis bagi mereka yang senang membuat toples untuk kue lebaran.

Liputan6.com, Cikarang - Hidangan kue lebaran selalu menjadi kebutuhan wajib di setiap rumah umat muslim saat perayaan Idul Fitri. Selain beragamnya kue yang disajikan, tuan rumah biasanya juga mempercantik tampilan suguhan tersebut dengan toples-toples nan unik dan menarik.

Hal ini yang coba dimanfaatkan pasangan Eko Prasetyo dan Asarotul Hijriyah untuk berbisnis toples unik yang dibungkus dengan bahan flanel.

Bisnis yang sudah berjalan hampir satu tahun ini berasal dari hobi Asarotul atau yang akrab Asa membuat kerajinan tangan dari bahan flanel. Produk kreasinya pun diberi merek Keysa Collection.

"Awalnya hanya sebatas hobi mengisi waktu luang. Kebetulan Asa punya kreatifitas dari bahan flanel seperti membuat tempat tisu, toples. Ini sudah hampir berjalan satu tahun," ujar Eko saat berbincang dengan Liputan6.com di kediaman mereka Cikarang.

Awal Mula Usaha

Eko dan Asa mengakui memulai bisnis ini dengan bermodal uang saku yang mereka kumpulkan ketika masih duduk di bangku kuliah. Modal tersebut bisa dikatakan lebih dari cukup karena biaya produksi untuk membuat satu produk sendiri terbilang cukup murah.

"Untuk 1 toples ini paling modalnya hanya sekitar Rp 10 ribu. Jadi uang saku disisihkan untuk beli bahan bakunya. Tetapi sekarang sudah semakin banyak yang minat jadi disesuaikan," lanjut dia.

Ide membuat kerajinan dari bahan flanel ini yaitu dari mencari di internet dan melihat potensi produk seperti ini akan banyak diminati orang lain.

Produk kerajinan yang dibuat pun awalnya hanya bros. Namun karena saat bertepatan jelang Lebaran, Asa mulai mengembangkan produknya dengan membuat tempat tisu dan toples yang terus diminati hingga saat ini.

"Awal mencoba memang agak susah, tetapi semua ada polanya. Jadi kita bentuk di atas kain flanel, digunting, kemudian dijahit dan dilem. Kesulitannya di lem yang biasanya tidak rapi, yang lainnya tidak masalah," kata Asa.

Dia mengaku untuk bahan baku pembuatan produk ini terbilang cukup mudah untuk didapatkan di pasaran seperti flanel, dekron, pita, jarum, benang, mutiara, manik-manik dan lain-lain.

Karena semakin lama produk-produknya semakin disukai orang lain, Eko dan Asa pun mulai memberikan merk pada produk tersebut.

Mereka sepakat untuk memasang merk dengan nama Keysa Collection pada setiap produknya. Kata Keysa berasal dari gabungan nama sang pemilik, Eko dan Asa.

Pemasaran Produk

Selain bros, toples dan tempat tisu, kini lebih banyak produk sudah mereka buat seperti dompet, tempat handphone, gantungan pintu, gantungan kunci, dan gantungan handphone.

Harga yang ditawarkan pun beragam, seperti untuk bros berkisar Rp 20 ribu-Rp 25 ribu, tempat tisu Rp 30 ribu-Rp 40 ribu dan toples sekitar Rp 40 ribu.

Dalam satu bulan, mereka mampu menjual sekitar 100 item produk dimana bros dan tempat handphone merupakan produk yang paling diminati konsumen.

Dengan penjualan sebanyak itu, rata-rata omset yang mereka terima berkisar antara Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan.

"Penjualan masih di sekitar daerah jabodetabek. Bekasi paling banyak karena biasanya dikampus banyak yang pesan. Paling banyak pemesanan seperti mau lebaran seperti toples, mereka kebanyakan tertarik karena banyak hiasan manik-maniknya. Kalau bros kebanyakan yang pembelinya mahasiswa," kata Asa.

Meskipun banyak wirausahawan yang juga membuat produk serupa, namuan menurut Asa yang membedakan produknya dengan produk lain yaitu konsep kreasi yang bervariatif mulai dengan menonjolkan bentuk buah, bunga hingga kue itu sendiri.

"Kita juga banyak bermain pada warna yang divariasikan supaya lebih menarik. Konsep-konsepnya bisa pesan oleh konsumen," ungkap dia.

Dalam proses produksinya, Eko dan Asa dibantu oleh 3 orang yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang tinggal disekitarnya, sambil memberdayakan potensi keterampilan dari ibu-ibu tersebut.

Mereka sendiri mengaku tidak memiliki kendala yang berarti dalam proses produksi. Namun karena membutuhkan ketelitian dan kesabaran, maka waktu pengerjaan untuk satu produk pun terbilang cukup lama. Untuk membuat 1 toples rata-rata dibutuhakn waktu pengerjaan sekitar 2 jam.

Saat ini, promosi yang dilakukan oleh Eko dan Asa baru sekedar menggunakan media sosial seperti facebook, blog dan katalog.

Namun kedepannya, mereka berharap produk-produknya semakin banyak diminati orang lain sehingga bisnis yang digelutinya ini juga bisa terus berkembang.

"Ini kan bentuk kreatifitas, semoga nanti kita bisa memanfaatkan hal yang ada menjadi produk yang bagus dan ke depan lebih banyak masyarakat juga tertarik pada produk ini," tandas Eko. (Dny/Nrm)